Kamis, 01 Januari 2015

reservasi



 BAB I
PENDAHULUAN

  1.1            Latar Belakang
Pada umumnya alat transportasi sangat penting bagi manusia untuk melakukan perjalanan jauh ataupun dekat, transportasi yang digunakan biasanya seperti transportasi darat, laut dan udara. Tetapi biasanya untuk melakukan perjalanan jauh lebih menomor satukan melalui transportasi udara yaitu pesawat terbang. Sejalan dengan meningkatnya keperluan akan jasa transportasi udara, jaringan penerbangan dalam negeri terus ditambah, beberapa jalur penerbangan perintis yang telah berkembang dijadikan bagian dari jaringan penerbangan dalam negeri. Penerbangan antara kota-kota lain yang lalu lintas penumpangnya padat dilakukan dengan penerbangan shuttle, seperti rute penerbangan Rute Jakarta-Palembang. Dimana pada rute penerbangan Rute Jakarta-Palembang, jumlah penumpangnya terus meningkat sehingga frekuensi penerbangan ditambah menjadi lima kali dalam satu hari. Pada saat ini terdapat tidak kurang dari dua puluh sembilan perusahaan penerbangan nasional yang diberi konsesi penerbangan berjadwal. Dua buah perusahaan berjadwal adalah milik pemerintah (Garuda Indonesia Airways dan Merpati Nusantara Airlines) sedangkan sisanya milik perusahaan penerbangan nasional.
Reservation secara umum dapat diartikan sebagai penyediaan seat, yang meliputi keseluruhan proses kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan inventori, pendistribusian produk, dan pencatatan keseluruhan transaksi pemesanan tempat untuk pencapaian revenue yang optimal. Pengertian reservasi bisa juga dikatakan mengelola persediaan tempat duduk, mendistribusikan ke seluruh jaringan penjualan dan pencatatan hasil transaksi pemesanan tempat.
Pada industri penerbangan niaga telah membuat kesepakatan bersama mengenai istilah-istilah atau terminologi yang sering digunakan dalam melaksanakan kegiatan mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah komunikasi antar penerbangan menjadi lebih jelas dan mempunyai pengertian yang sama.
1.2       Rumusan Masalah
            Berikut masalah yang dapat diambil dari reservasi ini adalah mengenai para pelayan harus bersabar jika mengalami komentar atau kritikan dari tamu karena dengan kesabaran itu bisa membuat perusahaan tetap berdiri.
1.3       Tujuan dan Manfaat
            Sebagai tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :
a.       Untuk mengetahui sejarah pengembangan penerbangan pesawat yang berada di Indonesia supaya bisa makin berkembang dan lebih baik lagi.
b.      Untuk mengetahui produk yang dihasilkan supaya bisa memberikan kepuasan kepada penumpang pada saat melakukan reservasi.
c.       Untuk mengetahui istilah-istilah yang terdapat dalam bisnis penerbangan beserta sistem reservasi yang dikelolanya.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah :

a.       Bagi penulis, memperoleh pengetahuan, pengalaman ilmu yang mendalam dalam bidang kepariwisataan terutama tentang Reservasi.
b.      Menjadi bahan masukan bagi perguruan tinggi di Provinsi Riau untuk peningkatan mahasiswa/i.



  BAB II
PEMBAHASAN

Setiap wisatawan yang akan bepergian ke suatu daerah baik daerah tujuan wisata maupun daerah lainnya terlebih dahulu melakukan reservasi, Reservasi adalah suatu pemesanan fasilitas atau tempat yang diantaranya akomodasi, meal, seat pada pertunjukan, pesawat terbang, kereta api, bus, hiburan, night club maupun discoutegue. Kata reservasi atau pemesanan dalam dunia pariwisata disebut booking. Reservasi memiliki manfaat bagi Travel Agent atau pekerja hotel , seperti :
1.      Dapat mengetahui dengan pasti kapasitas pelanggan atau wisatawan yang siap untuk melakukan tour di hari berikutnya.
2.      Dapat menghitung dengan pasti harga paket wisata sehingga mencegah adanya kekeliruan harga.
3.      Dapat mempersiapkan permintaan khusus dari wisatawan.
4.      Dapat mempersiapkan kamar untuk tamu sesuai dengan tanggal pemesanan dan memastikan apakah kamar tersebut sedang penuh atau masih kosong.
5.      Mempersiapkan segala sesuatu fasilitas tambahan diluar hotel, namun masih dalam permintaan tamu.
Adapun manfaat untuk wisatawan atau tamu hotel adalah :
1.      Dapat mempersiapkan segala sesuatu dengan matang sebelum perjalanan wisata dilaksanakan.
2.      Memudahkan wisatawan mendapat kepastian atas tour yang dipesannya.
3.      Dapat memprediksikan biaya yang akan dikeluarkan untuk berwisata.
4.      Memudahkan tamu mendapatkan kamar.


  2.1            Reservasi Tentang Tiket Pesawat
Didalam reservasi, penumpang memiliki siklus jasa pelayanan pada penerbangan supaya para penumpang tidak kebingungan saat akan melakukan perjalanan. Siklus jasa pelayanan tersebut adalah :
Ø  Calon penumpang meminta jadwal penerbangan
Ø  Membeli tiket
Ø  Tiba di bandara keberangkatan
Ø  Melakukan check in dan penyerahan bagasi
Ø  Menerima pass naik
Ø  Melakukan security check
Ø  Penumpang naik ke pesawat
Ø  Penumpang menerima pelayanan selama penerbangan
Ø  Penumpang turun dari pesawat
Ø  Menerima bagasi
Ø  Penumpang meninggalkan bandara.









  2.2            Sejarah Perkembangan Penerbangan di Indonesia
 Sejak legenda pewayangan berkembang dalam bagian hidup kebudayaan dan masyarakat Indonesia serta munculnya figur Gatotkaca dalam kisah Bratayuda yang dikarang Mpu Sedah serta figur Hanoman dalam kisah Ramayana adalah personifikasi pemikiran manusia Indonesia untuk bisa terbang. Tampaknya keinginan ini terus terpupuk dalam jiwa dan batin manusia Indonesia sesuai dengan perkembangan jaman. Jaman Pemerintah kolonial Belanda tidak mempunyai program perancangan pesawat udara, namun telah melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan lisensi, serta evaluasi teknis dan keselamatan untuk pesawat yang dioperasikan di kawasan tropis, Indonesia.
Pada umumnya alat transportasi sangat penting bagi manusia untuk melakukan perjalanan jauh ataupun dekat, transportasi yang digunakan biasanya seperti transportasi darat, laut dan udara. Tetapi biasanya untuk melakukan perjalanan jauh lebih menomor satukan melalui transportasi udara yaitu pesawat terbang. Para putera indonesia secara berangsur-angsur mulai melakukan berbagai aktivitas untuk pembuatan pesawat terbang, di tahun-tahun tertentu perencanaannya dilakukan seperti :
·         Pada tahun 1914 Pendirian Bagian Uji Terbang di Surabaya dengan tugas meneliti prestasi terbang pesawat udara untuk daerah tropis.
·         Pada tahun 1922 Orang Indonesia sudah terlibat memodifikasi sebuah pesawat yang dilakukan di sebuah rumah di daerah Cikapundung sekarang.
·         Pada tahun 1930 Pembangunan Bagian Pembuatan Pesawat Udara di Sukamiskin yang memproduksi pesawat-pesawat buatan Canada AVRO-AL, dengan modifikasi badan dibuat dari tripleks lokal. Pabrik ini kemudian dipindahkan ke Lapangan Udara Andir (kini Lanud Husein Sastranegara).
·         Pada tahun 1937 bengkel milik pribadi minat membuat pesawat terbang berkembang. delapan tahun sebelum kemerdekaan atas permintaan seorang pengusaha, serta hasil rancangan LW. Walraven dan MV. Patist putera-putera Indonesia yang dipelopori Tossin membuat pesawat terbang di salah satu bengkel di Jl. Pasirkaliki Bandung dengan nama PK.KKH.
·         Pada tahun 1938 atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH dibuat lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.
Pesawat ini sempat menghebohkan dunia penerbangan waktu itu karena kemampuannya terbang ke Belanda dan daratan Cina pergi pulang yang diterbang pilot berkebangsaan Perancis, A. Duval.
·         Pada tahun 1945 Makin terbuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan impiannya membuat pesawat terbang sesuai dengan rencana dan keinginan sendiri. Kesadaran bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas akan selalu memerlukan perhubungan udara secara mutlak sudah mulai tumbuh sejak waktu itu, baik untuk kelancaran pemerintahan, pembangunan ekonomi dan pertahanan keamanan.
Pada masa perang kemerdekaan kegiatan kedirgantaraan yang utama adalah sebagai bagian untuk memenangkan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, dalam bentuk memodifikasi pesawat yang ada untuk misi-misi tempur.
Penerbangan pertama pada bulan oktober di atas kota kecil Tasikmalaya, tokoh pada massa ini adalah Agustinus Adisutjipto, yang merancang dan menguji terbangkan dan menerbangkan dalam pertempuran yang sesungguhnya. Pesawat Cureng/Nishikoren peninggalan Jepang yang dimodifikasi menjadi versi serang darat.
·         Pada tahun 1946 di Yogyakarta dibentuk Biro Rencana dan Konstruksi pada TRI-Udara. Dengan dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono dibuka sebuah bengkel di bekas gudang kapuk di Magetan dekat Madiun. Dari bahan-bahan sederhana dibuat beberapa pesawat layang jenis Zogling, NWG-1 (Nurtanio Wiweko Glider). Pembuatan pesawat ini tidak terlepas dari tangan-tangan Tossin, Akhmad, dkk. Pesawat-pesawat yang dibuat enam buah ini dimanfaatkan untuk mengembangkan minat dirgantara serta dipergunakan untuk memperkenalkan dunia penerbangan kepada calon penerbang yang saat itu akan diberangkatkan ke India guna mengikuti pendidikan dan latihan.
·         Pada tahun 1948 Berhasil dibuat pesawat terbang bermotor dengan mempergunakan mesin motor Harley Davidson diberi tanda WEL-X hasil rancangan Wiweko Soepono dan kemudian dikenal dengan register RI-X. Era ini ditandai dengan munculnya berbagai club aeromodeling, yang menghasilkan perintis teknologi dirgantara, yaitu Nurtanio Pringgoadisurjo. Pesawat rancangan Wi-weko Soepono diberi tanda WEL-X yang dibuat pada tahun 1948, dengan menggunakan mesin Harley Davidson Kemudian kegiatan ini terhenti karena pecahnya pemberontakan Madiun dan agresi Belanda. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia usaha di atas dilanjutkan kembali di Bandung di lapangan terbang Andir kemudian dinamakan Husein Sastranegara.
·         Pada tahun 1953 kegiatan ini diberi tempat dengan nama Seksi Percobaan. Beranggotakan 15 personil, Seksi Percobaan langsung di bawah pengawasan Komando Depot Perawatan Teknik Udara, Mayor Udara Nurtanio Pringgoadisurjo.
·         Pada tahun 1958 berhasil diterbangkan prototip pesawat latih dasar "Belalang 89" yang ketika diproduksi menjadi Belalang 90. Pesawat yang diproduksi sebanyak lima unit ini dipergunakan untuk mendidik calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat. Di tahun yang sama berhasil diterbangkan pesawat oleh raga "Kunang 25". Filosofinya untuk menanamkan semangat kedirgantaraan sehingga diharapkan dapat mendorong generasi baru yang berminat terhadap pembuatan pesawat terbang.
Sesuai dengan Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara No. 488, 1 Agustus 1960 dibentuk Lembaga Persiapan Industri Penerbangan/LAPIP. Lembaga yang diresmikan pada 16 Desember 1961 ini bertugas menyiapkan pembangunan industri penerbangan yang mampu memberikan dukungan bagi penerbangan di Indonesia. Berdasarkan SK Presiden RI Presiden Soekarno, didirikan jurusan Teknik Penerbangan ITB sebagai bagian dari Bagian Mesin. Pelopor pendidikan tinggi Teknik Penerbangan adalah Oetarjo Diran dan Liem Keng Kie. Kedua tokoh ini adalah bagian dari program pengiriman siswa ke luar negeri (Eropa dan Amerika) oleh Pemerintah RI yang berlangsung sejak tahun 1951. Usaha-usaha mendirikan industri pesawat terbang memang sudah disiapkan sejak 1951, ketika sekelompok mahasiswa Indonesia dikirim ke Belanda untuk belajar konstruksi pesawat terbang dan kedirgantaraan di TH Delft atas perintah khusus Presiden RI pertama. Pengiriman ini berlangsung hingga tahun 1954. Dilanjutkan tahun 1954 - 1958 dikirim pula kelompok mahasiswa ke Jerman, dan antara tahun 1958-1962 ke Cekoslowakia dan Rusia. Sementara itu upaya-upaya lain untuk merintis industri pesawat terbang telah dilakukan pula oleh putera Indonesia B.J. Habibie di luar negeri sejak tahun 1960-1970. Sebelum ia dipanggil pulang ke Indonesia untuk mendapat tugas yang lebih luas. Di tahun 1961, atas gagasan BJ. Habibie diselenggarakan Seminar Pembangunan I se Eropa di Praha, salah satu adalah dibentuk kelompok Penerbangan yang di ketuai BJ. Habibie.
 Pada saat perintisan pesawat terbang di Indonesia Bacharudin Jusuf Habibie pada tanggal  25 Juni 1936 Ia menimba pendidikan di Perguruan Tinggi Teknik Aachen, jurusan Konstruksi Pesawat Terbang kemudian bekerja di sebuah industri pesawat terbang di Jerman sejak 1965. Pada tahun 1964 Menjelang mencapai gelar doktor, ia berkehendak kembali ke tanah air untuk berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia. Tetapi pimpinan KOPELAPIP menyarankan Habibie untuk menggali pengalaman lebih banyak, karena belum ada tempat industri pesawat terbang. Tahun 1966 ketika Menteri Luar Negeri, Adam Malik berkunjung ke Jerman beliau meminta Habibie menemuinya dan ikut memikirkan usaha-usaha pembangunan di Indonesia. Menyadari bahwa usaha pendirian industri tersebut tidak bisa dilakukan sendiri, maka dengan tekat bulat mulai merintis penyiapan tenaga terampil untuk suatu saat bekerja pada pembangunan industri pesawat terbang di Indonesia yang masih dalam angan-angan. Habibie segera berinisiatif membentuk sebuah tim. Awal tahun 1970 Dari upaya tersebut berhasil dibentuk sebuah tim sukarela yang kemudian berangkat ke Jerman untuk bekerja dan menggali ilmu pengetahuan dan teknologi di industri pesawat terbang Jerman tempat Habibie bekerja. tim ini mulai bekerja di HFB/MBB untuk melaksanakan awal rencana tersebut.
Pada bulan Desember 1973 terjadi pertemuan antara Ibnu Sutowo dan BJ. Habibie di Dusseldorf, Jerman. Ibnu Sutowo menjelaskan secara panjang lebar tentang pembangunan Indonesia, Pertamina dan cita-cita membangun industri pesawat terbang di Indonesia. Dari pertemuan tersebut BJ. Habibie ditunjuk sebagai penasehat Direktur Utama Pertamina dan kembali ke Indonesia secepatnya. Pada saat yang bersamaan usaha serupa dirintis oleh Pertamina selaku agen pembangunan. Kemajuan dan keberhasilan Pertamina yang pesat di tahun 1970_an memberi fungsi ganda kepada perusahaan ini, yaitu sebagai pengelola industri minyak negara sekaligus sebagai agen pembangunan nasional. Dengan kapasitas itu Pertamina membangun industri baja Krakatau Steel. Dalam kapasitas itu, Dirut Pertamina, Ibnu Sutowo (alm) memikirkan cara mengalihkan teknologi dari negara maju ke Indonesia secara konsepsional yang berkerangka nasional.
Pada bulan Januari 1974 Langkah pasti ke arah mewujudkan rencana itu telah diambil, Di Pertamina dibentuk divisi baru yang berurusan dengan teknologi maju dan teknologi penerbangan. Tepat dua bulan setelah pertemuan Dusseldorf, BJ. Habibie diminta menghadap Presiden Soeharto. Pada pertemuan tersebut Presiden mengangkat Habibie sebagai penasehat Presiden di bidang teknologi. Pertemuan tersebut merupakan hari permulaan misi Habibie secara resmi. Melalui pertemuan-pertemuan tersebut di atas melahirkan Divisi Advanced Technology & Teknologi Penerbangan Pertamina (ATTP) yang kemudian menjadi cikal bakal BPPT Dan berdasarkan Instruksi Presiden melalui Surat Keputusan Direktur Pertamina dipersiapkan pendirian industri pesawat terbang. pada bulan September 1974 Pertamina Divisi Advanced Technology menandatangani perjanjian dasar kerjasama lisensi dengan MBB Jerman dan CASA Spanyol untuk memproduksi BO-105 dan C-212.
Ketika upaya pendirian mulai menampakkan bentuknya dengan nama Industri Pesawat Terbang Indonesia (IPIN) di Pondok Cabe, Jakarta timbul permasalahan dan krisis di tubuh Pertamina yang berakibat pula pada keberadaan Divisi ATTP, proyek serta programnya industri pesawat terbang. Akan tetapi karena Divisi ATTP dan proyeknya merupakan wahana guna pembangunan dan mempersiapkan tinggal landas bagi bangsa Indonesia pada Pelita VI, Presiden menetapkan untuk meneruskan pembangunan industri pesawat terbang dengan segala konsekuensinya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12 tanggal 15 April 1975 dipersiapkan pendirian industri pesawat terbang. Melalui peraturan ini, dihimpun segala aset, fasilitas dan potensi negara yang ada yaitu : aset Pertamina, Divisi ATTP yang semula disediakan untuk pembangunan industri pesawat terbang dengan aset Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR), AURI sebagai modal dasar pendirian industri pesawat terbang Indonesia. Penggabungan aset LIPNUR ini tidak lepas dari peran Bpk. Ashadi Tjahjadi selaku pimpinan AURI yang mengenal BJ. Habibie sejak tahun 1960an. Dengan modal ini diharapkan tumbuh sebuah industri pesawat terbang yang mampu menjawab tantangan jaman.
Pada tanggal 23 Agustus 1976 Presiden Soeharto meresmikan industri pesawat terbang ini. Dalam perjalanannya pada tanggal 11 Oktober 1985, PT.Industri Pesawat Terbang Nurtanio berubah menjadi PT.Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Di bulan Desember 1976 cakrawala baru tumbuhnya industri pesawat terbang modern dan lengkap di Indonesia di mulai. Di periode inilah semua aspek prasarana, sarana, SDM, hukum dan regulasi serta aspek lainnya yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat terbang berusaha ditata. Selain itu melalui industri ini dikembangkan suatu konsep alih/transformasi teknologi dan industri progresif yang ternyata memberikan hasil optimal dalam penguasaan teknologi kedirgantaraan dalam waktu relatif singkat, 24 tahun. IPTN berpandangan bahwa alih teknologi harus berjalan secara integral dan lengkap mencakup hardware, software serta brainware yang berintikan pada faktor manusia. Yaitu manusia yang berkeinginan, berkemampuan dan berpendirian dalam ilmu, teori dan keahlian untuk melaksanakannya dalam bentuk kerja. Berpijak pada hal itu IPTN menerapkan filosofi transformasi teknologi "BERMULA DI AKHIR, BERAKHIR DI AWAL". Suatu falsafah yang menyerap teknologi maju secara progresif dan bertahap dalam suatu proses yang integral dengan berpijak pada kebutuhan obyektif Indonesia. Melalui falsafah ini teknologi dapat dikuasai secara utuh menyeluruh tidak semata-mata materinya, tetapi juga kemampuan dan keahliannya. Selain itu filosofi ini memegang prinsip terbuka, yaitu membuka diri terhadap setiap perkembangan dan kemajuan yang dicapai negara lain. Filosofi ini mengajarkan bahwa dalam membuat pesawat terbang tidak harus dari komponen dulu, tapi langsung belajar dari akhir suatu proses (bentuk pesawat jadi), kemudian mundur lewat tahap dan fasenya untuk membuat komponen. Selama 24 tahun IPTN relatif berhasil melakukan transformasi teknologi, sekaligus menguasai teknologi kedirgantaraan dalam hal desain, pengembangan, serta pembuatan pesawat komputer regional kelas kecil dan sedang. IPTN meredifinisi diri ke dalam "DIRGANTARA 2000" dengan melakukan orientasi bisnis, dan strategi baru menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Untuk itu IPTN melaksanakan program retsrukturisasi meliputi reorientasi bisnis, serta penataan kembali sumber daya manusia yang menfokuskan diri pada pasar dan misi bisnis. dalam masa "survive" IPTN mencoba menjual segala kemampuannya di area engineering dengan menawarkan jasa desain sampai pengujian, manufacturing part, komponen serta tolls pesawat terbang dan non-pesawat terbang, serta jasa pelayanan purna jual. Pada tanggal 24 Agustus 2000 Seiring dengan itu IPTN merubah nama menjadi PT.DIRGANTARA INDONESIA atau Indonesian Aerospace (Iae) yang diresmikan Presiden Abdurrahman Wahid, 24 Agustus 2000 di Bandung.


  2.3            Produk Usaha Penerbangan
Didalam penerbangan terdapat sebuah Produk, produk merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Produk yang terdapat di bandara meliputi :
a.       Pesawat yang digunakan
Pesawat yang digunakan untuk mengantar penumpang ketempat adalah pesawat yang bermesin jet atau baling-baling yang bertipe seperti ATR, CASSA, HS 748, Dash -8, Fokker 28, Boeing 737 seri 200 (732), 300 (733), 400 (734).
b.      Rute dan schedule atau jadwal penerbangan
c.       Pelayanan yang diberikan dari mulai sebelum keberangkatan dimana penumpang memesan tempat.
d.      Pembelian tiket
e.       Check in
f.       Boarding di station keberangkatan
g.      Selama penerbangan
h.      Station persinggahan
i.        Station kedatangan.
Karakteristik produk perusahaan penerbangan meliputi :
·         Inseparable : sebagai 1 kesatuan
·         Variable : bervariasi
·         Perishable : mudah rusak karena mempunyai periode penjualan yang pendek dan produk yang terjual tidak dapat disimpan atau dijual kembali.
·         Intangible : tidak dapat dilihat dan disentuh ( produk dalam bentuk jasa ).
High Cost
Airlines merupakan perusahaan yang syarat dengan teknologi tinggi dengan nilai investasi yang sangat mahal. Tahapan produksi seperti :
a.       Penyediaan Armada Pesawat
b.      Pemeliharaan
c.       Penanganan schedule planning
d.      Crew planning
e.       Reservasi
f.       Alat pendukung pelayanan lainnya sebelum, selama, setelah penerbangan.
High Risk
Dalam proses produksi Airlines harus mengikuti standart yang telah ditetapkan secara Internasional seperti dikeluarkan oleh :
a.       FAA ( Federal Aviation Authorities )
b.      IATA ( International Air Transport Association )
c.       ICAO ( International Civil Aviation Organization )
Dalam produksi Airlines juga mempunyai resiko tinggi dalam hal :
a.       Perawatan armada pesawat
b.      Operasional penerbangan
c.       Pengelolaan proses distribusi
Kegiatan  atau aktivitas perusahaan penerbangan dalam :
·         Mengelola persediaan tempat disuatu maskapai penerbangan.
·         Mendistribusikan ke jaringan penjualannya.
·         Pencatatan ke seluruh transaksi pemesanan.
Manfaat bagi penumpang :
·         Membantu pax mengatur jadwal perjalanan sedini mungkin.
·         Jaminan kepastian tempat duduk.
·         Jaminan atas tersedianya fasilitas atau layanan khusus dalam pesawat.
·         Efisiensi bagi calon penumpang.
Manfaat bagi maskapai penerbangan meliputi :
·         Sarana untuk mencapai max load factor
·         Sarana untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas produksinya.
·         Sarana untuk mempermudah penjualan produknya
·         Sarana untuk memberikan kebuasan pelanggan.
·         Mengetahui jumlah makanan dan minuman yang dibutuhkan didalam pesawat
·         Mengetahui jumlah anak dan bayi, berkaitan dengan keamanan dan pelayanan
Di dalam sebuah penerbangan memiliki kode speeling ( call sign ) untuk memudahkan saat melakukan pelayanan kepada penumpang melalui jarak jauh atau proses telepon supaya pelayan tidak salah dalam proses pendengaran, kode speeling tersebut adalah :

A ( Alfa )
N ( November )
B ( Bravo )
O ( Oscar )
C ( Charlie )
P ( Papa)
D ( Delta )
Q ( Quebec )
E ( Echo )
R ( Romeo )
F ( Fanta )
S ( Sera )
G ( Golf )
T ( Tango )
H ( Hotel )
U ( Univorm )
I ( India )
V ( Victor )
J ( Juliet )
W ( Whisky )
K ( Kilo )
X ( X-Ray)
L ( London )
Y ( Yankee )
M ( Mama)
Z ( Zulu )

Selain kode speeling terdapat juga kode kota ( three letter code ) yang terdapat di Indonesia, seperti :
AMQ   = Ambon
JOG     = Jogjakarta
BPN    = Balikpapan
KNG   = Kaimana
BTJ      = Bandar Aceh
KDI     = Kendari
BDO   = Bandung
KOE    = Kupang
BDJ     = Banjarmasin
LAH    = Labuha
BTH    = Batam
LBJ     = Labuan Bajo
BUW   = Baubau
LSW    = Lhoksewumawe
BKS    = Bengkulu
LOP    = Lombok Atau Mataram
BEJ     = Berau
LUW   = Luwuk
BMU   = Bima
MLG   = Malang
CGK   = Jakarta
PDG    = Padang
DQJ     = Banyuwangi
PKY    = Palangkaraya
DRS    = Denpasar
PLM    = Palembang
DJB     = Jambi
PLW    = Palu
DJJ      = Jayapura
PGK    = Pangkal Pinang
ENE    = Ende
PKU    = Pekanbaru
FKQ    = Fak Fak
PUM   = Pomala
GTO    = Gorontalo
TKG    = Bandar Lampung
GNS    = Gunung Sitoli
WUB   = Buli





  2.4            Istilah-Istilah Dalam Bisnis Penerbangan
Industri penerbangan telah membuat kesepakatan mengenai istilah-istilah yang sering digunakan dalam melaksanakan kegiatan mereka, Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah komunikasi antara penerbangan menjadi lebih jelas dan mempunyai pengertian yang sama. Berikut adalah istilah-istilah yang sering digunakan dalam penerbangan seperti :
·         Alternative Reservation
            Reservation dengan status confirmed yang diberikan kepada penumpang sebagai alternatif karena permintaan sebenarnya telah penuh atau no operate.
·         Auxiliary Service Operator
            Penyelenggara atau penyedia layanan meliputi permintaan akomodasi hotel, tour, car rental, airtaxi maupun surface transport yang berkaitan dengan perjalanan penumpang.
·         Baggage atau Luggage
            Barang bawaan pribadi yang dibawa penumpang untuk keperluan penumpang selama dalam perjalanan.
·         Boarding Airline atau Boarding Member
            Penerbangan atau airline yang mengangkut penumpang dari satu kota keberangkatan atau boarding point.
·         Boarding Point
            Kota atau airport dimana penumpang dijadwal kan berangkat memakai suatu penerbangan tertentu.

·         Booking atau Reservation
            Pemesanan tempat atau akomodasi yang dibuat atau dimiliki oleh penumpang.
·         Booking Member
            Perusahaan penerbangan tempat penumpang pertama kali booking atau mengadakan perubahan/penambahan ditengah perjalanan.
·         Carrying Member/Carrying Airline
            Setiap perusahaan penerbangan uang ikut aktif mengangkut suatu perjalanan penumpang.
·         Continuing Itinerary
            Segmen lanjutan (tidak termasuk gap) yang dimiliki penumpang dalam suatu perjalanan.
·         Computer Reservation System (CRS)
            Sistem computer yang memuat informasi tentang skedul penerbangan, ketersediaan seat (availability seat), fares dan service lainnya yang terkait dengan perjalanan penumpang. System ini juga dapat melakukan transaksi reservation dan pengeluaran tiket.
·         CRS Subscriber
            Seseorang/badan usaha yang diberi akses untuk menggunakan/dilengkapi dengan CRS atau CRS supplier untuk dapat melakukan kegiatan reservasi mereka ini pada umumnya travel agent.
·         CRS Supplier
            Badan usaha yang memiliki/mengelola CRS.

·         Delivering Member atau Delivering Airlines
            Airline yang mengangkut penumpang ke satu interline point, stop over point atau gap.
·         Deplaning point
            Kota atau airport tempat penumpang dijadwalkan mengakhiri perjalanannya dengan suatu penerbangan tertentu.
·         Direct Acces System
            Sistem yang memungkinkan user atau pengguna system dapat mengakses secara langsung/real time kepada system perusahaan penerbangan.
·         Duplicate Reservation
            Dua atau lebih pembukuan yang dibuat oleh seorang atau beberapa penumpang yang sama, padahal penumpang tersebut hanya akan dapat mempergunakan salah satu dari reservation yang telah dibuatnya tersebut.
·         Firming
Perusahaan penerbangan disuatu boarding point menghubungi penumpang yang telah memiliki reservation confirmed guna memastikan bahwa penumpang tersebut benar-benar akan menggunakan pemesanan tempat yang telah dibuatnya.
·         First Boarding Point
            Kota atau airport yang terletak diawal satu portion dari itenenary penumpang.
·         Free Sale Agreement
            Perjanjian bilateral atau multilateral yang dibuat antar penerbangan yang memungkinkan untuk saling dapat memberikan konfirmasi langsung atas permintaan reservasi penumpang tanpa harus meminta atau memperhatikan status ketersediaan seat pada penerbangan tersebut.
·         Gap
            Bagian dari itinerary penumpang yang melibatkan transportasi lain diluar penerbangan.
·         Group
            Permintaan pemesanan tempat untuk lebih dari sepuluh orang biasanya dikategorikan sebagai reservation group.
·         Group name
            Nama group yang diberikan oleh booking airline untuk mengidentifikasikan bahwa penumpang yang tergabung dalam group tersebut melakukan perjalanan bersama-sama.
·         Hosted Airline
            Perusahaan penerbangan yang memanfaatkan fasilitas reservation system dari perusahaan penerbangan lainnya dengan cara menyewa. sistem yang dapat disewakan misalnya : ARGA, GABRIEL, SABRE, SKYNET, AMADEUS, WOLDSPAN, NAVITAIRE, LUFTANSA SYSTEM , dan sebagainya.
·         Inadmissible Passenger
            Penumpang yang tiba disuatu negara tetapi ditolak oleh badan yang berwenang dinegara tersebut.
·         Incapacitated Paseenger
            Penumpang yang memerlukan penanganan/perhatian khusus melebihi penumpang lainnya karena keterbatasan fisik, kesehatan atau mentalnya.
·         Interchange Flight
            Penerbangan yang dioperasikan oleh dua atau lebih perusahaan penerbangan dengan menggunakan pesawat yang sama/penerbangan langsung dari boarding point sampai ke deplaning point.
·         Interline
            Istilah untuk menjelaskan setiap hal yang menyangkut dua airline atau lebih, misalkan interline reservation, interline point, interline transcation, dan sebagainya.
·         Interline point
            Setiap kota atau airport dalam suatu intinerary penumpang, untuk berpindah penerbangan ke perusahaan penerbangan lainnya.
·         Itinerary
            Keseluruhan perjalanan penumpang dari awal hingga akhir meskipun didalamnya dipisahkan oleh gap.
·         Late Cancellation
            Pembatalan reservasi yang dilakukan oleh penumpang menjelang keberangkatan pesawat sehingga perusahaan tersebut tidak dapat/kesulitan untuk menjual kembali seat yang dibatalkan tersebut.
·         Leg
            Jarak antara pemberhentian skedul yang berurutan pada suatu penerbangan tertentu.



·         Local Passenger
Penumpang setempat yang menghubungi perusahaan penerbangan baik melalui kantor penjualan, travel agent maupun penerbangan lainnya dikota yang sama.
·         Married Segment
            Connecting segment yang seharusnya dapat digabungkan sebagai suatu kesatuan segment.
·         Member in Control of Passenger
            Perusahaan penerbangan yang menangani reservasi penumpang setempat sehingga penumpang tersebut menjadi local passenger.
·         Misconnection
            Penumpang yang terlambat datang di interline point karena keterlambatan kedatangannya sehingga ia tidak dapat melanjutkan perjalanan berikutnya.
·         Multi Access System
            System yang memungkinkan user dapat mengakses ke berbagai airlines system secara langsung.
·         Multi Host System
            System reservation yang memiliki kemampuan untuk dapat digunakan oleh lebih dari satu penerbangan dengan partisi yang berbeda.
·         No Record Passenger
            Suatu keadaan dimana penumpang yang telah memiliki reservasi dan menunjukkan tiket dengan status ok, tetapi airline office dari boarding member tidak memiliki catatan transaksi tersebut yang menyatakan bahwa mereka telah confirmed/OK sebagaimana yang tertera dalam tiket.
·         No Show Passenger
            Kelalaian penumpang untuk menggunakan penerbangan yang telah dipesannya (selain misconnection).
·         Non Carrying Airlines/Non Participating Airline
            Perusahaan penerbangan yang tidak ikut berpartisipasi dalam menerbangkan penumpang, tetapi menangani permintaan untuk pembuatan reservation.
·         Online/Intraline        
            Suatu kata yang digunakan untuk pengangkutan penumpang melalui satu perusahaan penerbangan saja.
·         Overbooking
            Suatu keadaan dimana perusahaan penerbangan melakukan penerimaan reservasi melebihi kapasitas pesawat.
·         Oversale
            Suatu keadaan ketika penumpang yang telah memiliki tiket dengan status confirmed tidak dapat terangkut sesuai dengan penerbangan yang telah dipesannya.
·         Passenger Name Record/PNR
Catatan transaksi reservasi yang telah dibuat oleh setiap penumpang, lengkap dengan berbagai informasi yang diperlukan untuk memproses dan mengontrol transaksi reservasi tersebut.
·         PNR Address
            Nomor/kode referensi hasil transaksi reservasi.
·         Portion
            Segmen atau urutan beberapa segmen yang diterbangi oleh satu airline tertentu walaupun dipisahkan oleh gap.
·         Predesignated Points
            Alamat, kota, atau lokasi masing-masing perusahaan penerbangan sebagai tujuan pengiriman permintaan transaksi reservasi.
·         Pre Flight Check
            Prosedur pengecekan kembali yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan atas transaksi yang telah dibuat penumpang guna memastikan seluruh transaksi telah benar sesuai dengan yang dipesan oleh penumpang dan memastikan bahwa penumpang benar-benar akan menggunakan reservasi yang telah dibuatnya.
·         Protecting Reservations
            Tentative reservation yang diberikan oleh perusahaan penerbangan sebagai alternative.
·         Receiving Airline
            Airline yang menerima atau mengangkut penumpang dari interline point atau gap.
·         Reconfirmation
            Ketentuan yang digunakan oleh beberapa airline yang mengharuskan penumpang melapor kembali/menghubungi airline tersebut guna memastikan keberangkatan atas transaksi yang telah dibuatnya.
·         Reservation Booking Designator
            Kode kelas booking yang dipergunakan dalam suatu kompartemen pesawat.
·         Scattershot
            Reservasi yang dibuat oleh travel agent ke masing-masing airline sehingga setiap airline tidak memiliki itinerary penumpang secara komplit.
·         Schedule Change
            Setiap perubahan skedul harus disampaikan kepada penumpang perubahan tersebut meliputi perubahan jam keberangkatan/kedatangan, nomor penerbangan, frekuensi, kelas pembukuan, rute, tipe pesawat, dan sebagainya.
·         Schedule Air Service
            Jadwal penerbangan yang dipublish secara resmi melalui time table/OAG Guides/Airlines WEB.
·         Segment
            Sebuah leg atau beberapa leg dari boarding point hingga deplaning point pada penerbangan tertentu.
·         Sell And Report
            Fasilitas penjualan yang bersifat bilateral ataupun multilateral antar-penerbangan maupun GDS untuk saling menginformasikan status ketersediaan seat pada setiap rute penerbangan yang di janjikan sehingga masing-masing penerbangan memiliki status yang selalu up todate. Dengan demikian, mereka bisa langsung menjual seat/memberikan konfirmasi selama persediaan masih ada (available.
·         Single Acces System
            System yang memungkinkan user hanya dapat mengakses kesatu penerbangan tertentu.

·         Sold Message
            Laporan dari setiap transaksi penjualan/reservasi, baik yang dilakukan secara sell & report, free sale atau quote availability agreement.
·         Standby atau go show
            Penumpang yang tidak memiliki reservation dengan status confirmed, datang dilokasi check in, bersedia untuk diberangkatkan setiap saat pada saat-saat akhir menjelang keberangkatan pesawat.
·         Stop Over
            Pemutusan/penghentian perjalanan atas kehendak penumpang dan atas persetujuan sebelumnya dari perusahaan penerbangan disuatu kota antara tempat keberangkatan dan tujuan.
·         Ticketing Time Limits
            Batas waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan penerbangan kepada penumpang untuk segera membeli tiket. Jika batas waktu terlampaui dan penumpang belum membeli tiket, maka penerbangan dapat membatalkan reservasi penumpang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.







  2.5            Reservation System
A.    Sistem Reservasi
Untuk menangani kegiatan reservasi, industry penerbangan menggunakan system yang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a)      Manual Reservation System, yaitu apabila seluruh atau sebagian besar kegiatannya masih dilakukan dengan secara manual.
b)      Computerized Reservation System, yaitu apabila pelaksanaan kegiatan reservasi dilakukan dengan menggunakan computer.
Sejarah perkembangan system reservasi dalam industry penerbangan telah mengalami beberapa tahapan, Pada mulanya seluruh proses dan kegiatan reservasi dilakukan secara manual. Komunikasi antar penerbangan dilakukan melalui sarana telepon, sementara transaksi reservasi dicatat secara manual dalam sebuah kartu daftar pemesanan ( card files ).
Dalam perkembangannya, sistem manual tidak dapat dipertahankan lagi karena tidak efisien, serta memerlukan penanganan dan tempat penyimpanan data kegiatan transaksi yang semakin kompleks. Oleh karena itu, sejak tahun 1950-an hamper seluruh perusahaan penerbangan yang besar berlomba-lomba mengembangkan teknologi reservasinya menuju era komputerisasi. Hal ini disebabkan karena salah satu karakteristik produk perusahaan penerbangan yang bersifat perisable/mudah rusak. Maka, proses pendistribusian produk menjadi salah satu factor yang sangat penting.
Pada awal dekade pengembangan system reservasi dari manual ke arah komputerisasi ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :
a)      Data-data transaksi pemesanan dan persediaan tempat masih terpisah.
b)      Adanya keterbatasan dalam jumlah dan kapasitas transaksi reservasi yang dapat ditangani.
c)      Masih tingginya biaya komunikasi.
Pada perkembangan selanjutnya era 1970-an telah ditemukan suatu sistem computer generasi baru yang ditandai dengan adanya pengembangan yang meliputi hal-hal antara lain :
a)      Peningkatan kemampuan dan kapasitas penyimpanan data-data transaksi.
b)      Diperkenalkannya SITA data network untuk sistem komunikasi.
c)      Biaya komunikasi relative lebih rendah.
d)     Diperkenalkannya pilihan system host yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh perusahaan yang relative kecil melalui partisi-partisi yang berbeda.
e)      Mulai diperkenalkannya sistem otomisasi kepada travel agent dengan pemberian fasilitas untuk dapat akses langsung dengan sistem reservasi perusahaan penerbangan melalui pemasangan CSR di lokasi travel agent.
Tahapan pengembangan selanjutnya terjadi tahun 1980-an bertepatan dengan diperkenalkannya penemuan sistem yang menunjang sistem reservasi yang telah ada meliputi :
a)      Sistem fare, untuk perhitungan fare.
b)      Automated ticketing, untuk proses pengeluaran tiket.
c)      Departure control system untuk check in, weight and balance.
d)     System pengelolaan inventori dan sistem distribusi yang semakin kompleks dengan diperkenalkannya sub classes concept.
e)      Pengembangan otomisasi pada travel agent sehingga munculnya berbagai bentuk jaringan distribusi yang dikenal dengan GDS atau Mega CRS yang bertindak sebagai multi supplier system.
B.     Pelayanan Permintaan Pemesanan Tempat
Pelayanan permintaan pemesanan tempat meliputi penyediaan tempat bagi penumpang oleh perusahaan penerbangan beserta fasilitas yang diperlukan penumpang berkaitan dengan rencana perjalanannya.

Hal-hal yang tercakup dalam kegiatan pelayanan tersebut antara lain :
·         Proses pemesanan dan penyediaan tempat.
·         Pemberian informasi tentang jadwal penerbangan.
·         Harga beserta ketentuan-ketentuan yang berlaku.
·         Persyaratan penerbangan beserta informasi lainnya.
Pelayanan lain yang berkaitan dengan itinerary penumpang antara lain :
·         Pelayanan atas permintaan pemesanan produk Auxiliary Service meliputi akomodasi hotel, tour, air taxy, dan surface transportation.
·         Pelayanan atas permintaan supplementary service, baik yang berupa Special Service Requirement seperti permintaan makanan khusus, fasilitas khusus maupun Other Service Information yang merupakan informasi tambahan tentang penumpang yang memesan tempat tersebut.
Terdapat tiga hal pokok yang terlibat dalam pelayanan atas permintaan pemesanan tempat pada perusahaan penerbangan, yaitu :
a)      Adanya unsur Appointment yang merupakan perjanjian antara penumpang dengan perusahaan penerbangan.
b)      Unsure persyaratan, baik oleh penumpang maupun perusahaan penerbangan dalam memenuhi perjanjian tersebut, menyangkut pemberian nama penumpang, alamat yang dapat dihubungi, penerbangan yang diminta, tanggal dan bulan keberangkatan, tujuan serta jumlah seat yang diminta, kapan pembelian tiket akan dilaksanakan, harga, dan sebagainya.
c)      Jaminan dari perusahaan penerbangan bahwa tempat duduk yang telah dipesan akan tersedia sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat pada saat melakukan reservasi.
C.     Peranan Reservasi
Peranan reservasi akan lebih nyata apabila dikaitkan dengan sifat dan karakteristik produk penerbangan yang bersifat :
·         Inseparable, variable, dan perishable.
·         Produk telah dianggap ada sejak jadwal penerbangan di umumkan.
·         Masa penjualannya dimulai sejak jadwal diumumkan hingga saat keberangkatan pesawat.
Bagi penumpang, dengan adanya jaminan tentang kepastian :
·         Penumpang dapat melakukan perjalanan sesuai dengan rencana perjalanannya.
·         Penumpang akan dapat pelayanan khusus atas permintaan yang telah dimintakan berkaitan dengan rencana perjalanan yang telah dibuatnya.
Dari sisi perusahaan penerbangan, diperlukan adanya informasi tentang :
·         Jumlah makanan dan minuman yang harus disediakan dalam setiap penerbangan.
·         Jumlah penumpang anak-anak, bayi berkaitan dengan pelayanan keselamatan.
·         Untuk mengetahui adanya permintaan-permintaan khusus dari penumpang.
·         Untuk pengembangan produk, matching supply demand, pertumbuhan rata-rata serta trend permintaan dalam rangk pengoptimalkan revenue.
Kegunaan informasi reservasi :
·         Pengelolaan inventori.
·         Informasi untuk manajemen tentang load factor, revenue yang dicapai, trend pertumbuhan ke depan, marketshare dan data-data pemasaran lainnya.
·         Persiapan penyediaan makanan dan minuman, serta permintaan khusus lainnya.
·         Persiapan awal untuk proses check in.
·         Perencanaan penyesuaian kapasitas pesawat yang digunakan, frekuensi penerbangan.
·         Pengelolaan pendapatan.
D.    Manfaat Reservasi
Bagi perusahaan penerbangan, reservasi dapat digunakan sebagai :
·         Sarana untuk mencapai maximum load factor atau revenue yang optimum.
·         Sarana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya.
·         Sarana untuk mempermudah penjualan.
·         Sarana untuk memberikan kepuasan pelanggan.
E.     Organisasi Reservasi
Pusat pengelolaan inventori dapat dijalankan secara terpusat maupun desentralisasi. Namun, dalam perkembangannya, dengan telah berkembangnya sarana teknologi komunikasi saat ini, pengelolaannya dilakukan secara terpusat. Penanganan aktivitas reservasi dijalankan oleh beberapa fungsi organisasi berikut.
a)      Local Reservation
Di setiap kantor perwakilan atau penjualan biasanya terdapat bagian yang khusus menangani reservasi khususnya untuk penanganan local passanger maupun travel agent setempat dengan tugas antara lain :
·         Menampung dan melayani permintaan transaksi reservasi dari penumpang setempat.
·         Membantu penumpang untuk meneruskan permintaan reservasi untuk penerbangan lain.
·         Melaksanakan permintaan-perminaan Auxiliary services.
·         Meneruskan permintaan-permintaan dari penumpang ke bagian yang berkaitan dengan permintaan tersebut.
·         Mengirimkan setiap penjualan yang terjadi kepada bagian yang mengelola inventori.
·         Melakukan supervisi dan pembinaan kepada travel agent setempat dalam pelaksanan ketetapan dan prosedur reservasi yang berlaku.
·         Bertanggung jawab terhadap keseluruhan transaksi reservasi penumpang yang akan berangkat dari kota tersebut melalui aktivitas.
b)      Gudang Persediaan Inventori
Bertindak sebagai pusat pengelola data reservasi bertugas untuk mencatat, menjawab dan menyimpan setiap data transaksi yang dilakukan serta perubahannya baik untuk penerbangan sendiri maupun permintaan interline reservation dengan meneruskan permintaan ke masing-masing control point.
c)      Reservation Control
Istilah lain yang digunakan di samping reservation control adalah : space control, inventory control, inventory management, capacity management, yield management ataupun revenue management dimana secara umum memiliki fungsi yang sama, yaitu :
·         Mengelola, megawasi, mengoordinasi bahkan dapat mengubah hasil transaksi yang akan dilakukan oleh local reservation, online travel agent, GDS, WEB, KIOSK, interline booking dengan inventory holder.
·         Sebagai wakil dari perusahaan untuk membuat interline selling agreement.
·         Sebagai pemegang kebijakan tertinggi dalam penanganan reservation.
·         Sebagai coordinator penanganan group booking.
F.      Fasilitas Penjualan
Untuk memudahkan proses penjualan, dipergunakan beberapa fasilitas penjualan meliputi sebagai berikut :
1.      Sell and report
Merupakan fasilitas yang diberikan kepada kantor penjualan sehingga mereka dapat langsung memberikan konfirmasi kepada penumpang baru kemudian melaporkannya kepada control point.

2.      Free sale
Merupakan fasilitas yang diberikan ke kantor penjualan sehingga mereka dapat langsung memberikan konfirmasi kepada penumpang baru kemudian melaorkan penjualannya kepada control point.
3.      Allotment
Merupakan system pemberian jatah sehingga kantor penjualan dapat langsung menjual selama jatah yang dimiliki masih tersedia.
4.      Request and Reply
Untuk melakukan penjualan, kantor penjualan harus meminta terlebih dahulu kepada control pointnya, lalu baru boleh menjual setelah mendapat konfirmasi dari control point atas permintaan tersebut.
G.    Availability Status Of Message ( AVS )
AVS merupakan sarana untuk mengomunikasikan tentang status ketersediaan seat. Standar dan prosedur pengiriman AVS diatur melalui kesepakatan anggota ATA dan IATA dan diterbitkan dalam buku AIRIMP.
Penggunaan AVS
AVS digunakan untuk mengonfirmasikan status ketersediaan seat pada setiap flight kepada kantor penjualan pemegang fasilitas Sell and Report sehingga kantor penjualan dapat langsung mengetahui, apakah masih ada seat tersedia atau statusnya sudah penuh dan jika terjadi permintaan pada saat status sudah penuh maka harus dimintakan terlebih dahulu dan tidak boleh langsung dijual sebelum mendapat jawaban konfirmasi dari control pointnya.


Status AVS
1.      Status C
Status ini digunakan untuk menutup penjualan terhadap flight, tanggal, kelas dan segmen tertentu. Penutupan dilakukan dengan mengirim AVS dengan status C diikuti dengan salah satu dari huruf-huruf R, L, C atau N.
Penutupan AVS dengan status yang diawali C pada segmen tertentu pada multi leg flight dapat berarti menutup juga rute, leg atau segmen yang melalui, memasuki atau keluar diantara segmen yang ditutup. Dengan mengeluarkan AVS berstatus C, berarti menutup penjualan yang sebelumnya dapat dilakukan melalui Automatic Selling (AS) status menjadi :
·         CR, Closed to automatic selling but may be request.
·         CL, Closed to automatic selling or requesting but maybe wait listed.
·         CC, Closed to automatic selling due to flight closed, waiting list also closed.
·         CN, flight closed, due to flight No Operate.
2.      Status L
Digunakan untuk membatasi penjualan pada segmen tertentu tanpa memengaruhi segmen lainnya yang memasuki, melewati atau keluar dari segmen tersebut. AVS  status L diikuti dengan salah satu huruf R, L, C atau N, jika kita menggunakan AVS status L, maka kita hanya menutup segmen yang disebutkan saja.
Status AVS L :
LR, Limit Sales,but may be requested
LL, Limit Sales, but may be waitlisted
LC, Limit Sales, waitinglist closed
LN, Limit Sales, flight no operate
AVS dengan status C atau L berfungsi untuk mengadakan penutupan atau pembatasan terhadap penjualan. Akan tetapi, perbedaannya untuk status L hanya membatasi leg/segmen yang disebutkan dan tidak memengaruhi status leg/segmen lainnya.
H.    Skema Sistem Jatah
Dicontohkan perusahaan penerbangan XY menerapkan system allotment pada penerbangannya XY 621 dengan rute Sorong – Ambon – Ujungpandang – Jakarta yang diterbangi dengan jenis pesawat rute F 28 dengan kapasitas 85 seat, 85 seat tersebut didistribusikan dengan alokasi sebagai berikut.
Kantor penjualan sorong diberi jatah 10 seat untuk rute Jakarta dan 47 seat untuk rute Ujung Pandang, kantor penjualan Ambon diberikan jatah 8 seat untuk penumpang tujuan ke Jakarta.
Dasar Pertimbangan Pemilihan Fasilitas Penjualan
Tujuan untuk pemberian fasilitas penjualan adalah untuk kemudahan proses penjualan yang terjadi di setiap kantor penjualan atau setiap saluran distribusinya.
Berikut dasar pertimbangan yang dipergunakan secara umum :
·         Faktor komunikasi, untuk daerah-daerah yang memiliki fasilitas komunikasi yang baik biasanya diberikan fasilitas sell & report.
·         Faktor supply and demand, untuk daerah yang memilki fasilitas komunikasi kurang baik, jika kapasitas pesawat cukup besar sementara permintaan dari daerah tersebut rendah maka dapat diberikan fasilitas penjualan free sale.
·         Original Booking, untuk wilayah-wilayah tertentu yang memiliki fasilitas komunikasi kurang baik, sementara permintaan flight tersebut dari kantor penjualan lainnya rendah, maka pada kantor tersebut dapat diberikan fasilitas dengan sistem allotment atau penjatahan yang diangkut selama ini.

BAB III
PENUTUP

  3.1            Kesimpulan
Berdasarkan hasil review yang telah diselesaikan ini maka penulis dapat mengambil kesimpulan tentang Reservasi seperti :
Ø  Dengan adanya reservasi, perusahaan mendapatkan manfaat di karenakan wisatawan yang melakukan reservasi merasa puas.
Ø  Sejarah perkembangan penerbangan yang terjadi di Indonesia membuat rakyat Indonesia menjadi menghargai sejarah yang terjadi tersebut.
Ø  Didalam penerbangan terdapat sebuah Produk, produk ini membuat penumpang nyaman.

  3.2            Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat memberikan saran kepada seluruh masyarakat Indonesia agar ketika akan melakukan perjalanan sebaiknya terlebih dahulu mereversi Karena dengan melakukan reservasi kita maupun perusahaan mendapatkan manfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar